Ibu Muda Bunuh Diri Bersama Dua Balitanya

Ibu Muda Bunuh Diri Bersama Dua Balitanya

Kamis, 22 Mei 2008

MEDAN – Seorang ibu muda, Hemalini beru Tarigan (30), bersama dua anaknya yang masih balita, Susana Sembiring (7) tahun dan Prasanta Sembiring (5), penduduk Dusun Taburen Desa Sukamakmur Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut)–35 km barat Medan–nekat bunuh diri dengan cara minum racun Roundup. Diduga, sang ibu sengaja membunuh kedua anak dan dirinya sendiri karena himpitan ekonomi yang menekan keluarga petani miskin ini.

Kabid Penerangan Polda Sumut, AKBP Baharuddin Djafar, membenarkan kasus bunuh diri berlatar belakang kemiskinan itu. ”Motif persisnya tengah diselidiki polsek setempat, termasuk kemungkinan adanya pihak lain yang ikut berperan,” katanya kepada Republika, Rabu (21/5). Namun, dia tidak membantah kalau dugaan bunuh diri dalam keluarga itu, disebabkan masalah ekonomi yang melilit keluarga petani miskin yang tinggal terpencil di perladangan tersebut.

Adalah Sejahtera Sembiring (32) sendiri, suami dan ayah dari para korban, yang mendapatkan Susana bersama kedua anaknya dalam keadaan sekarat di sebuah gubuk di tengah perladangan yang disewanya. Saat itu, sekitar pukul 16.30 WIB, Selasa (20/5), Sejahtera hendak beristirahat di gubuknya setelah hampir seharian membanting tulang bekerja di ladangnya. Tak seperti biasa, dia tidak menemukan sambutan istri atau teriakan manja anak-anaknya pada saat itu.

Bergegas dia masuk ke dalam gubuk. Dan, ia melihat kedua anaknya tergeletak di samping ibunya dalam keadaan tak bergerak. Dari mulut ketiganya keluar buih. Tapi, Sejahtera melihat ada pergerakan kecil pada tubuh salah satu anaknya, Prasanta. Secepatnya, dia menggendong Prasanta dan melarikannya ke luar gubuk, sambil kemudian memberi kabar kepada penduduk lainnya tentang kejadian yang dialaminya.

Bersama dengan penduduk, akhirnya ketiga korban dilarikan ke rumah sakit. Tapi, di tengah jalan, gerakan tubuh Prasanta menghilang. Sesampainya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik, ketiganya dipastikan meninggal dunia. Seperti dugaan Sejahtera, dokter memastikan ketiga korban tewas akibat minum racun daun merk Roundup. Barang bukti sisa susu dan kaleng racun yang ditemukan di sisi para korban ketika di gubuk, memperkuat dugaan itu.

Namun, bagaimana cara ketiga korban sampai meminum racun, masih dalam penyelidikan polisi. ”Dari bukti dan petunjuk di TKP (Tempat Kejadian Perkara), usaha bunuh diri diperankan oleh ibu korban,” kata Kapolsekta Kutalimabru, AKP Mukhsin. Polisi menduga, racun sengaja dimasukkan ke dalam botol susu, sebelum kemudian diminumkan kepada Susana dan Prasanta. Setelah memastikan kedua anaknya meminum susu bercampur racun, Hemalini pun menenggak racun yang sama.

Sebagai suami, Sejahtera sendiri tidak tahu persis apa yang melatarbelakangi istrinya tega melakukan perbuatan itu. ”Kami tidak pernah bertengkar, kok,” terangnya kepada polisi. Namun, dia mengakui, kondisi ekonomi keluarganya memang tengah menghadapi kesulitan, setelah tanaman ladangnya tidak berhasil akibat dimakan hama. Kondisi ini semakin memburuk ketika berbagai kebutuhan hidup merangkak naik, menyusul rencana kenaikan BBM.

****ANALISIS.****

Sungguh sangat ironis ketika kita membaca berita diatas, di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi dan melimpahnya sumber daya alam di negeri kita tetapi masih saja kita menemukan adanya sebagian orang yang akhirnya bunuh diri akibat ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan hidup.

Indonesia adalah negara agraris; sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Meskipun indonesia adalah negara agraris tetapi kesejahteraan rakyat dalam segi pangan masih sangatlah kurang dirasakan, hal tersebut semakin bertambah parah dengan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kehidupan para petani yang merupakan sumber penghasil pangan. Sebagian besar petani di Indonesia hidup dalam kemiskinan, mereka diharuskan untuk bekerja ekstra agar dapat tetap bertahan hidup.

Tingginya biaya hidup dapat mempengaruhi keadaan jiwa seseorang. Masyarakat yang hidup dalam kemiskinan dan kesusahan mempunyai resiko yang lebih besar untuk terganggu jiwanya, sebab susahnya memenuhi kebutuhan hidup membuat mereka depresi dan putus asa. karna hal itulah, factor ekonomi merupakan salah satu penyebab mengapa seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

Kemiskinan telah membuat ibu dari kedua anak tersebut menjadi gelap mata sehingga ia sampai tega membunuh kedua anak kandungnya dan dirinya sendiri, hal ini diperkuat dengan dugaan bahwa ibu tersebut mengalami depresi.

Depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Depresi biasanya ditimbulkan oleh : rasa-rasa inferior, sakit hati yang dalam, kekecewaan-kekecewaan yang hebat, kecemasan-kecemasan, penyalahan-diri sendiri dan trauma-trauma psikis.

Diduga ibu tersebut mengalami depresi-agitatif, yaitu; depresi yang dibarengi dengan agitasi dan kecemasan-kecemasan. Penderita menjadi sangat gelisah, merasa sangat sensara dan terazab. Dalam kondisi seperti itu penderita cenderung mempunyai keinginan yang kuat untuk melakukan bunuh diri.

Dengan adanya kejadian seperti ini, pemerintah diharapkan untuk lebih peduli lagi dengan keadaan rakyat-rakyatnya, terutama rakyat-rakyat yang hidup dalam kemiskinan seperti petani-petani miskin yang ada di daerah-daerah terpencil. Agar hal yang sama tidak terulang kembali di kemudian hari.

#. Teori-teori Psikologi yang berhubungan dengan masalah bunuh diri :

1. Beck (dalam Halgin & Whitbourne, 2003) mengatakan bahwa bunuh diri adalah ekspresi dari hilangnya harapan yang dicetuskan oleh ketidakmampuan individu dalam mengatasi stres.

• Teori-teori psikologi humanis-eksistensialis; menghubungkan bunuh diri dengan persepsi tentang hidup yang sudah tidak mempunyai harapan atau tidak mempunyai tujuan yang pasti.

2. Shneidman (dalam Halgin & Whitbourne, 2003) menyatakan bahwa individu yang mencoba bunuh diri adalah individu yang mencoba untuk mengkomunikasikan rasa frustrasinya kepada seseorang yang dianggap penting oleh individu tersebut. Secara garis besar bunuh diri dalam tinjauan psikologis dibahas dengan menggunakan pendekatan teori psikodinamik, teori kognitif-behavior dan teori gangguan mental.

• Teori Psikodinamik

Psikodinamik memandang tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang individu adalah masalah depresi klasik, dalam hal ini, seseorang yang mempunyai agresifitas yang tinggi dalam menyerang dirinya sendiri (Meningger, dalam Meyer & Salmon, 1998). Konsep Freud tentang insting mati (death instinct), thanatos, merupakan konsep yang mendasari hal tersebut dan menjadi pencetus bagi seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri. Teori Psikodinamik menyatakan bahwa kehilangan kontrol ego individu, menjadi penyebab individu tersebut melakukan bunuh diri (Meyer & Salmon, 1998).

• Teori Kognitif-Behavior

Teori kognitif-behavior meyakini jika kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap memberikan kontribusi terhadap terjadinya perilaku bunuh diri. Konsistensi prediksi yang tinggi dari variabel kognitif terhadap bunuh diri adalah kehilangan harapan (hopelessness), perasaan jika masa depan sangatlah suram dan tidak ada jalan untuk menjadikan hal tersebut menjadi lebih baik atau positif (Beck, dkk., dalam Hoeksema, 2001). Adanya pemikiran yang bercabang (dichotomous thinking), kekakuan dan ketidak luwesan dalam berpikir menjadi penyebab seseorang bunuh diri. Kekakuan dan ketidak luwesan tersebut menjadikan seseorang kesulitan dalam menemukan alternatif penyelesaian masalah sampai perasaan untuk bunuh diri yang dirasakan oleh orang tersebut menghilang.

Karakteristik perilaku seseorang melakukan bunuh diri adalah impulsifitas. Perilaku ini (impulsif), akan semakin berisiko jika terkombinasikan dengan gangguan psikologis yang lain, seperti depresi atau tinggal di lingkungan dengan potensi untuk menghasilkan stres yang tinggi (Hoeksema, 2001).

• Gangguan Mental

Hampir 90 % individu yang yang melakukan bunuh diri dan usaha bunuh diri mempunyai kemungkinan mengalami gangguan mental (Jamison., NIMH., dalam Hoeksema, 2001., Wikipedia). Gangguan mental yang paling sering dialami oleh orang yang melakukan bunuh diri adalah depresi (Wulsin, Valliant & Wells, dalam Hoeksema, 2001). Banyak teori yang menjelaskan tentang depresi, dan semua sepakat keadaan depresi merupakan indikasi terjadinya bunuh diri (Keliat, 1994).

Goodwin dan Jamison (dalam Hoeksema, 2001) mengatakan jika setengah dari individu dengan gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri, dan kemungkinan satu dari lima sukses melakukan bunuh diri. Gangguan psikologis yang lain yang meningkatkan resiko untuk bunuh diri dan usaha bunuh diri adalah alkoholik dan penyalahgunaan narkoba (Statham, dalam Hoeksema, 2001).

Sumber :
http://beritapendidikan.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=16&artid=772
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2872388
Kartono, Kartini. 1986. “Patologi Social 3 : gangguan-gangguan kejiwaan”. Jakarta : Rajawali.

Tinggalkan komentar